Rabu, 17 Maret 2010
Siapkah sekolah menerima internet
Tema diskusi menarik di seminar yang diadakan oleh Forum Teknologi Informasi untuk Pendidikan (FORTIP) di Hotel Atlet Century, Senayan dengan materi yang dbawakan oleh Romi Satrio Wahono berjudul “Memikirkan Kembali Internet untuk Sekolah”. Diskusi dibuka dengan cerita perkembangan teknologi informasi dan pemanfaatan Internet di berbagai bidang. Bahwa di dunia Internet juga ada dunia gelap dan cybercrime yaitu pornografi, cracking activities, carding dan software piracy.
Menariknya, Indonesia dengan penetrasi Internet yang relatif rendah (8%), tapi namanya terang benderang dalam cybercrime Ini sebenarnya karena anak muda kita punya potensi yang bagus, tapi kurang adanya ajang untuk berkompetisi secara legal. Pornografi bisa dicegah dengan tiga cara, hukum, teknologi dan socio-culture. Hukum dan teknologi relatif kurang efektif dan boleh dikatakan pendekatan socio-culture, yaitu dengan membuat sang anak sibuk di Internet dengan berbagai penugasan dan kegiatan kreatif adalah solusi terbaik.
Bagaimanapun juga, Internet masuk sekolah adalah program yang harus didukung oleh seluruh komponen bangsa. Karena internet memiliki manfaat yang besar pembentukan SDM generasi muda kita, yaitu:
1. Membuka Mata ke Dunia Luas
2. Membentuk Generasi Kreatif, Produktif dan Mandiri
3. Sumber Ilmu Pengetahuan Tanpa Batas
4. Membantu Mempermudah Kegiatan Belajar Mengajar
Adanya kesalahan pandang bahwa Internet masuk sekolah hanya membawa pengertian di bawah, harus diluruskan.
1. Internet masuk sekolah = koneksi Internet masuk sekolah
2. Internet = alat browsing, email dan chatting
3. Internet = alat lihat gambar dan video porno
4. Internet = tempat siswa mencari berbagai informasi secara bebas tanpa kontrol
5. Internet = menggantikan peran guru secara keseluruhan
6. Internet masuk sekolah = synchrounous learning
Internet masuk sekolah seharusnya membawa pengertian seperti di bawah:
1. Komputer dan koneksi internet bisa dinikmati seluruh siswa dan guru
2. Konten pendidikan berbasis Internet bisa dinikmati seluruh siswa dan guru
3. Proses kegiatan sekolah bisa didukung dan diotomasi oleh Internet (sistem informasi)
4. Guru siap dengan konten pendidikan dan penugasan ke siswa sehingga siswa tidak terjebak ke konten negatif
5. Siswa dan guru harus sadar Internet bisa mencetak generasi kreatif , produktif, dan mandiri, tapi juga bisa mencetak generasi busuk tak bermoral
Kekurangan SDM dan infratruktur? Bisa kita mulai dari kreatifitas dengan peralatan dan skill sederhana. Model pendidikan kreatifitas ala Jepang lewat kompetisi di acara TV “Masquerade” dan Singapore dengan eksebisi dan kompetisi pembuatan media pembelajaran oleh siswa SD menjadi contoh yang baik pendidikan ke generasi muda. Sedangkan kita sendiri masih lebih menyukai kompetisi yang mengandalkan tampang dan menghamburkan uang lewat sms polling.
Oleh :
Romi Satria Wahono
sumber :
http://smpn29samarinda.wordpress.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar