Ujian nasional masih saja mengundang kontroversi, bahkan mendekati ujian nasional bulan maret ini, mendorong pihak2 yang peduli pendidikan di jogja membentuk posko pengaduan ujian nasional 2010, untuk menampung berbagai keluhan masyarakat terkait ujian nasional. Hal itu tak lain dilatarbelakangi anggapan bahwa ujian nasional merupakan kebijakan pemerintah yang salah kaprah, lantaran tidak melihat proses namun lebih terfokus kepada hasil semata. Bahkan data tahun 2009 menyebutkan, sekitar 25 puskesmas di yogyakarta merawat 256 pasien (siswa, guru, ortu) yang mengalami perubahan psikis akibat ujian nasional.
Memang tiap tahunnya ujian nasional rutin digelar, dan selalu saja diwarnai dengan berbagai problema, beberapa diantaranya tingginya angka ketidaklulusan siswa, pungutan pembiayaan ujian bagi siswa, bahkan hingga maraknya bocoran soal ujian sebelum diujikan. Ditambah lagi pada ujian nasional kali ini, pemerintah telah menaikkan standar kelulusan siswa menjadi 5,5, tanpa memperbaiki infrastruktur pendidikan yang belum merata di Indonesia.
Di sisi lain, ada pihak-pihak yang mengatakan, sebaiknya ujian nasional dijadikan alat ukur kualitas pendidikan dan bukan sebagai penentu kelulusan, sehingga tidak akan terlalu membebani siswa dan dianggap lebih menghargai proses belajar di dalam kelas.
Hmmm…benarkah demikian…???
Sumber :
http://edukasi/kompasiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar